Alhamdulillah, ‘ala hadzihin ni’mah.
Kalau sudah didasari rasa cinta, hujan lebat pun pasti akan dilewati. Seharusnya demikian dan semoga Jamaah sudah mencapai derajat tsb. Namun yaa maklum masih belajar mengenal dan mencintai, Jadi yaa kalau hujan ada yang neduh nunggu reda yaa lumayan laah masih bisa sampai Lanjut ke Majelis setelah Reda. Tidak sampai putar balik pulang saja itu sudah Lumayan…heheheh Mungkin itu ungkapan yg bisa digambarkan disituasi malam ke-13 ini. Walaupun saat sebelum Maghrib sempat hujan deras di dukuh Riung, namun Alhamdulillah sekitar Jam 19.30 an hujan mulai reda, Sebagai Keringanan dari Allah swt bagi para pemula di dalam Belajar mengenal dan Mencintai Rasulullah saw.. Dan Alhamdulillah hal tersebut tidak menyurutkan semangat jamaah untuk tetap istiqomah hadir dalam program Maulid Arbain dimalam ke 13 ini. Yaa Semoga kalau pun natinya harus menghadapi hujan deras Allah swt tetap memberikan Taufiqnya kpd Jamaah sekalian sehingga tetap semangat hadir menerobos Hujan dan lika liku perjalanan yang lumayan jauh dari masing masing Jamaah menuju ke Majelis dan Acara yg Penuh berkah Ini Insya Allah amiin…
Dan Akhirnya Pembacaan Kitab Maulid Simthudduror pun bisa berjalan dengan penuh khidmat dan lancar walau pun agak terlambat dari biasanya. Karena kalau hari Jumat di Majelis Darul Futuh karena Ada Maulid Arbain maka selama itu pula Program Mudzakaroh mingguan antar para Asatidz se 3 kecamatan yang biasanya keliling menjadi menetap diadakannya di Majelis Darul Futuh. Itu pun Karena menunggu hujang reda baru Mudzakarah bisa dimulai dan lanjut pembacaan Maulid seperti biasa.
Seperti kebiasaan dari Para Masyayikh dan Habaib kita bahwa di tengah pembacaan maulid mesti di selingi lantunan qosidah, baik itu 2 atau bahkan kadang lebih di setelah Pasal yang sudah ditetapkan tanpa memotong dan memodifikasi Maulid Simtud duror. Malam ini Qosidah “Wulidal Huda” pun berikut qosidah lain nya dari para munsyid dilantunkan yg sudah otomatis diikuti oleh seluruh jamaah. Semoga ini dinilai sebagai wujud minimalis dari kecintaan kita yang baru tumbuh kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam oleh Allah swt dan Rasul Nya. Yakni dengan kita belajar memuja dan memuji baginda Rasullah melalui Qosidah warisan Ulama Pakar Mahabbah yg sudah tidak asing dan diragukan lagi mahabbah mereka kepada Rasulullah saw. Semoga kita semua bisa mendapatkan seperti yg Allah anugerahkan kepada Beliau Beliau baik Penyusun Maulid dan Penyusun Qosidah yang dibaca tsb..Aamiin.
Tentunya ini semua tdk akan terwujud tanpa tarbiyah dari guru kami Kyai Ahmad Said (Matta’anallah bithuli hayaatih) yang tdk henti-hentinya memotivasi kami para santri, dan seluruh jamaah untuk senantiasa belajar mengenal dan mencintai Nabi Muhammad SAW.
Seperti penyusun kitab Maulid Simthudduror yg kita baca selama 40 malam ini, begitu dalamnya ma’rifat dan kecintaan nya kepada Nabi SAW, Beliau menyusun kitab maulid ini dengan penuh cita rasa Ta’zim dan Mahabbah yang tinggi kpd Baginda Nabi Muhammad saw…Namun sayang hal itu tidak digali dan direnungi oleh kebanyakan para pembacanya.
Apa yang kita baca dalam maulid itu tolong diulang-ulang, kemudian direnungi kembali. Setelah kita tahu artinya, lantas bagaimana dengan pengaplikasian dan perwujudannya dalam kehidupan kita sehari-hari? Sebab di balik kisah yang dituangkan dalam sirah, semua yang disampaikan tentang Rasul baik dalam sirah, dalam maulid, dalam qasidah, itu semua sesuai dengan tujuannya Imam Ali al-Habsyi. Lalu Apa sih yang mendorong beliau, Tujuan dan Motif Beliau untuk menulis Risalah Maulid seperti ini, membacanya, mendengarkannya, dan sebagainya? Disebutkan di situ ada yang alasan: “dalam rangka menghidupkan kerinduan (membuat kangen yang mendengarkan) orang yang dengar aja, walaupun tidak mengerti, akhirnya kepingin dengar, kepingin meniru, itulah tasyawwuq (bikin kangen).”
Apalagi yang disasar adalah pembangkit kerinduan bagi para pendengar di antara orang mukmin yang khusus. Jadi kalau kita sudah kangen sama Rasul, itu berarti kita sudah masuk orang-orang yang khusus.

Yang hadir acara maulid itu bertingkat-tingkat, yang mereka kangeni dalam acara maulid itu adalah :
1. Kangen ke nampan, ke besek
2. Kangen kumpul-kumpul acaranya, bisa duduk bareng & happy, sampai selfie bareng
3. Kangen sama nada lantunan maulid / qosidah yang didengar
4. Kangen kepada para ulama / kyai / asatidz khusus yang hadir di situ
5. Baru terakhir masuk kepada kangen sama Rasul saw
Ada lagi tujuan berikutnya yaitu untuk memberikan rasa gembira, rasa rehat bagi orang-orang yang punya ta’alluq. Jadi tujuan ditulis dibaca itu supaya menimbulkan kerinduan, kelegaan bagi orang-orang yang punya keterpautan hati. Kita hadir acara begini, sadar tidak sadar hati kita sudah dipautkan sama Allah dengan satu program yang mana nyambung sama para ulama, nyambung sama para muallif-nya, nyambung sama Rasul. Ini satu hubungan yang dipersambungkan, Bahkan di seret secara paksa oleh Allah untuk terpaut kepada semua itu.
Lalu Imam Ali Al-Habsy berkata “Akan tetapi mendorong saya untuk membukukan apa yang hafal dari sejarahnya makhluk yang paling mulia ini” dorongan ketergantungan keterkaitan kita dan gejolak kerinduan untuk mendengarkan sifat-sifat beliau yang agung. Seperti yang kemarin dikatakan dalam bab Syamail, “Kalian sudah kehilangan mata kalian untuk memandang, maka tidak kehilangan bagi kalian untuk mendengarkan. Inilah syamail-syamailnya Nabi SAW. Saya ingatkan kalian kepada Allah, wahai orang yang menceritakan-ceritakan tentang mereka, maka ceritakanlah. Sungguh pendengaranku pada hari ini telah menggantikan penglihatanku.”
Ini harus kita hayati, kira-kira kita punya keterkaitan tidak? Nanti dengan lafaz-lafaz yang lain, seperti dalam doa maulid “Moga-moga manfaat bagi yang ngomong dan mendengarkan sehingga masuk ke dalam lingkup syafaat Nabi, dan bisa rehat, menghilangkan kelegaan segala stres dengan kenikmatan hal tersebut (berhubungan dengan Nabi).”
Kalau dipikir-pikir, ngapain gitu kita ini pada berangkat malem jauh-jauh ke tempat gelap ke tengah kebun gini (Ponpes Darul Futuh), ada nikmat apa coba? Padahal suguhannya gitu-gitu aja kok. Apalagi kalau suguhannya ketemu lontong sama combro. Jadi kayaknya ada yang lain yang dicari.
Minimal kita semakin mengenal kepada muallif. Bayangkan, yang membaca kalimat-kalimat beliau ini, diulang-ulang oleh berjuta-juta manusia di seluruh penjuru bumi. Berapa wali qutub yang membacanya, para jenderal-jenderal, kenapa kalimat ini bisa laku keras? Memangnya ada yang mensponsori? Tidak ada, tapi sebabnya adalah kalimat-kalimat ini sambung kepada Allah dan Rasul-nya secara langsung.
Berkata Habib Abu Bakar Rhm. Satu kajian / satu amal perbuatan begitu di shooting dan disambungkan ke satelit bisa nyambung ke seluruh dunia, dan itu baru buatan manusia. Bagaimana kalau satu amal itu disambungkan sama Allah?
Nilai perkumpulan dan pertemuan, itu jangan dipandang dari majelisnya, jangan dipandang penceramahnya. Seperti kisah cinta “Begitu lewat rumahnya si Laila, itu temboknya diusap-usap” akan tetapi ada makna cinta kepada orang yang tinggal di rumah tersebut.
Kalau pola pandang seperti ini hilang, maka akhirnya kehadiran kita kurang bermakna. Itu kembali kepada niat kita masing-masing apa. Coba kalau dalam hati kita tanamkan rasa takut “kalau saya nanti diabsen sama Rasul pas maulid terus malah gak ada, gimana?” Kalau punya pola fikir seperti itu pasti berangkat sudah.
Tapi masalahnya kita itu kadang Lebih membesarkan hujan daripada Nabi. Gara-gara hujan bisa-bisa tidak berangkat maulid. itu pun terkadang dibumbuin dengan kalimat pembenaran dari mulutnya …“Yaa maklumnya hujannya Gede”. Memang kalau hujan tetap datang ke Majelis Pahalanya ga tambah gede..? Memang kalau lagi hujan gede ada tawaran keuntungan duniawi 1 jt atau apalagi 10 juta kita rela kehilangan keuntungan itu karena alasan Hujan..? Memang lebih besar mana antara hujan dan Baginda Nabi Muhammad saw…? ini yang perlu kita renungkan bersama…dan buktinya walau pun hujan gede di jalanan tetep saja ramai oleh para pecinta dunia dan bola sehingga mereka tetap semangat walau pun hujan.
Maka caranya, butuh perenungan dan penghayatan yang harus ditingkatkan. Tapi kalau tidak ada yang kita renungi saat mendengarkan pembacaan fasal, atau Qosidah maka itu akan kurang efeknya. dst….
Kemudian Guru kita kembali mengingatkan agar kita lebih mengoptimalkan Potensi Ghoib yang disindir dalam ayat…
Waaah seru deh para Pembaca dan Sahabat Darul Futuh yang dirahmati Allah swt Penjelasan Beliau.
Jika antum penasaran dan pingin tahu lengkapnya Yuk silahkan di simak secara lengkap dalam link video berikut :
atau bisa juga disimak di Link FB berikut :
https://www.facebook.com/share/v/1C5CSbPhGC/
Jangan lupa Yaa untuk di share dan Semoga Bermanfaat.
Yuk Berdakwah bersama Kami dengan berdonasi :
BSI
A/n Majlis Ta’lim Darul Futuh
7755777883
BSI
a/n Akhmad Said
7307578225
Dana
a/n Akhmad Said
085715844889
Atau dengan QRIS Majelis
No Konfirmasi :
Ahmad Said
085715844889
Yogi (Bendahara Majelis)
089638202536
Abdul Aziz (PD Maulid)
085714776807